Menurut saya pribadi, seni merupakan salah satu media yang bisa digunakan untuk menuangkan ide maupun gagasan dengan berbagai macam media.
Tidak begitu banyak
perempuan di Indonesia yang memutuskan untuk menggeluti profesi perupa
sebagai pilihan hidupnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh anggapan
masyarakat yang memandang bahwa perempuan berprofesi perupa kurang
populer bila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya, seperti
pembantu rumah tangga di luar negeri (Tenaga Kerja Wanita/TKW),
sekretaris, manajer perusahaan, aktris sinetron, atau yang populer
melalui rekayasa media televisi: menjadi bintang penyanyi “Akademi
Fantasi Indosiar (AFI)” atau “Indonesian Idol”. Penyebab lainnya bisa
juga karena adanya kepercayaan di masyarakat mengenai bakat seni rupa
yang dianggap sebagai prasyarat mutlak bagi seseorang (perempuan maupun
laki-laki) untuk menggeluti profesi perupa.
Seperti halnya laki-laki, perempuan juga mempunyai minat dan bakat
sebagai modal awal untuk menggeluti profesi seni rupa. Namun, menurut
pematung Dolorosa Sinaga, minat dan bakat pada diri perempuan ini sering
luntur ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan dalam profesi seni
rupa akibat dari wawasan berkesenian yang tampak belum kuat.[i] Boleh
jadi penyebab lainnya adalah karena masih berlangsungnya pandangan
stereotipe di sebagian besar masyarakat mengenai tugas-tugas perempuan
yang diidentikkan dengan mengasuh anak, melayani kebutuhan suami,
mengurus kebersihan rumah tangga, dan berbagai macam pekerjaan domestik
lainnya yang dianggap sudah terberi sebagai tugas kodrati[ii] perempuan.
Jika ada perempuan yang mencoba menggeluti pekerjaan lain di luar
wilayah domestik, masyarakat lebih menilainya sebagai kegiatan ekstra
dari tugas-tugas kodrati tadi.[iii]
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844
Tidak begitu banyak perempuan di Indonesia yang memutuskan
untuk menggeluti profesi perupa sebagai pilihan hidupnya. Hal ini bisa saja
disebabkan oleh anggapan masyarakat yang memandang bahwa perempuan berprofesi
perupa kurang populer bila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya, seperti
pembantu rumah tangga di luar negeri (Tenaga Kerja Wanita/TKW), sekretaris,
manajer perusahaan, aktris sinetron, atau yang populer melalui rekayasa media
televisi: menjadi bintang penyanyi “Akademi Fantasi Indosiar (AFI)” atau
“Indonesian Idol”. Penyebab lainnya bisa juga karena adanya kepercayaan di
masyarakat mengenai bakat seni rupa yang dianggap sebagai prasyarat mutlak bagi
seseorang (perempuan maupun laki-laki) untuk menggeluti profesi perupa.
Seperti
halnya laki-laki, perempuan juga mempunyai minat dan bakat sebagai modal awal
untuk menggeluti profesi seni rupa. Namun, menurut pematung Dolorosa Sinaga,
minat dan bakat pada diri perempuan ini sering luntur ketika berhadapan dengan
tantangan-tantangan dalam profesi seni rupa akibat dari wawasan berkesenian
yang tampak belum kuat. Boleh jadi penyebab lainnya adalah karena masih
berlangsungnya pandangan stereotipe di sebagian besar masyarakat mengenai
tugas-tugas perempuan yang diidentikkan dengan mengasuh anak, melayani
kebutuhan suami, mengurus kebersihan rumah tangga, dan berbagai macam pekerjaan
domestik lainnya yang dianggap sudah terberi sebagai tugas kodrati perempuan.
Jika ada perempuan yang mencoba menggeluti pekerjaan lain di luar wilayah
domestik, masyarakat lebih menilainya sebagai kegiatan ekstra dari tugas-tugas
kodrati tadi.
Tidak begitu banyak
perempuan di Indonesia yang memutuskan untuk menggeluti profesi perupa
sebagai pilihan hidupnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh anggapan
masyarakat yang memandang bahwa perempuan berprofesi perupa kurang
populer bila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya, seperti
pembantu rumah tangga di luar negeri (Tenaga Kerja Wanita/TKW),
sekretaris, manajer perusahaan, aktris sinetron, atau yang populer
melalui rekayasa media televisi: menjadi bintang penyanyi “Akademi
Fantasi Indosiar (AFI)” atau “Indonesian Idol”. Penyebab lainnya bisa
juga karena adanya kepercayaan di masyarakat mengenai bakat seni rupa
yang dianggap sebagai prasyarat mutlak bagi seseorang (perempuan maupun
laki-laki) untuk menggeluti profesi perupa.
Seperti halnya laki-laki, perempuan juga mempunyai minat dan bakat
sebagai modal awal untuk menggeluti profesi seni rupa. Namun, menurut
pematung Dolorosa Sinaga, minat dan bakat pada diri perempuan ini sering
luntur ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan dalam profesi seni
rupa akibat dari wawasan berkesenian yang tampak belum kuat.[i] Boleh
jadi penyebab lainnya adalah karena masih berlangsungnya pandangan
stereotipe di sebagian besar masyarakat mengenai tugas-tugas perempuan
yang diidentikkan dengan mengasuh anak, melayani kebutuhan suami,
mengurus kebersihan rumah tangga, dan berbagai macam pekerjaan domestik
lainnya yang dianggap sudah terberi sebagai tugas kodrati[ii] perempuan.
Jika ada perempuan yang mencoba menggeluti pekerjaan lain di luar
wilayah domestik, masyarakat lebih menilainya sebagai kegiatan ekstra
dari tugas-tugas kodrati tadi.[iii]
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844
Seni lukis adalah salah
satu cabang dariseni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni
lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari
objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa
berbentuk apa saja, seperti kanvas kertas papan, dan bahkan fotografi
bisa dianggap sebagai media seni lukis. Alat yang digunakan juga bisa
bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan tertentu kepada media yang
digunakan.
Lukisan merupakan sebuah karya seni lukis
yang dibuat dengan cara memulaskan cat menggunakan alat kuas lukis,
pisau palet atau peralatan lain, pemulasan cat dengan berbagai warna dan
nuansa gradasi warna, dengan kedalaman warna yang tertentu dan juga
komposisi warna tertentu dari bahan warna pigmen warna dalam pelarut dan
gen pengikat untuk pengencer air. Gen pengikat dapat berupa minyak
linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin pada permukaan datar
seperti kertas, kanvas atau dinding. Hal ini dilakukan oleh seorang
seniman pelukis dengan kedalaman warna dan dibarengi oleh cita rasa
pelukis, definisi ini dapat digunakan terutama jika ia merupakan
pencipta dari suatu karya seni lukis.
Seni lukis merupakan
salah satu contoh seni rupa murni yang mengutamakan nilai estetika
daripada nilai guna. Pada umumnya, sebuah karya seni lukis merupakan
suatu gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan
pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia
hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam
lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika
yang tinggi.
Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang
menimbulkan decak kagum sehingga tidak jarang para kolektor sanggup
mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki
lukisan yang mencuri perhatiannya. Oleh karena itu, meskipun tidak
memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya
seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi
Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Seni lukis merupakan
salah satu contoh seni rupa murni yang mengutamakan nilai estetika
daripada nilai guna. Pada umumnya, sebuah karya seni lukis merupakan
suatu gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan
pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia
hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam
lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika
yang tinggi.
Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang
menimbulkan decak kagum sehingga tidak jarang para kolektor sanggup
mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki
lukisan yang mencuri perhatiannya. Oleh karena itu, meskipun tidak
memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya
seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Seni lukis merupakan
salah satu contoh seni rupa murni yang mengutamakan nilai estetika
daripada nilai guna. Pada umumnya, sebuah karya seni lukis merupakan
suatu gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan
pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia
hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam
lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika
yang tinggi.
Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang
menimbulkan decak kagum sehingga tidak jarang para kolektor sanggup
mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki
lukisan yang mencuri perhatiannya. Oleh karena itu, meskipun tidak
memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya
seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Melukis ternyata tak melulu harus dilakukan di kanvas, di kertas, dan media-media lain yang sudahumum digunakan. Hal tersebut
sudah dibuktikan oleh seniman wanita yang berasal dari California. Seniman asal California itu
sukses memukau publik dengan karya lukis yang "berkanvaskan" kaca.
Loren Stump bisa dikatakan sebagai ahli murrine, seni lukisan
kaca Italia kuno. Murrine merupakan istilah untuk lukisan dalam batang
kaca panjang. Lukisan tersebut baru bisa dilihat jika batang kaca
tersebut dipotong-potong. Sekilas, karya Loren itu mirip seperti permen
roll yang sedang beken saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar