Minggu, 27 Maret 2016

Karya Lukis Kaca Loren Stump




Menurut saya pribadi, seni merupakan salah satu media yang bisa digunakan untuk menuangkan ide maupun gagasan dengan berbagai macam media. 

Tidak begitu banyak perempuan di Indonesia yang memutuskan untuk menggeluti profesi perupa sebagai pilihan hidupnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh anggapan masyarakat yang memandang bahwa perempuan berprofesi perupa kurang populer bila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya, seperti pembantu rumah tangga di luar negeri (Tenaga Kerja Wanita/TKW), sekretaris, manajer perusahaan, aktris sinetron, atau yang populer melalui rekayasa media televisi: menjadi bintang penyanyi “Akademi Fantasi Indosiar (AFI)” atau “Indonesian Idol”. Penyebab lainnya bisa juga karena adanya kepercayaan di masyarakat mengenai bakat seni rupa yang dianggap sebagai prasyarat mutlak bagi seseorang (perempuan maupun laki-laki) untuk menggeluti profesi perupa. Seperti halnya laki-laki, perempuan juga mempunyai minat dan bakat sebagai modal awal untuk menggeluti profesi seni rupa. Namun, menurut pematung Dolorosa Sinaga, minat dan bakat pada diri perempuan ini sering luntur ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan dalam profesi seni rupa akibat dari wawasan berkesenian yang tampak belum kuat.[i] Boleh jadi penyebab lainnya adalah karena masih berlangsungnya pandangan stereotipe di sebagian besar masyarakat mengenai tugas-tugas perempuan yang diidentikkan dengan mengasuh anak, melayani kebutuhan suami, mengurus kebersihan rumah tangga, dan berbagai macam pekerjaan domestik lainnya yang dianggap sudah terberi sebagai tugas kodrati[ii] perempuan. Jika ada perempuan yang mencoba menggeluti pekerjaan lain di luar wilayah domestik, masyarakat lebih menilainya sebagai kegiatan ekstra dari tugas-tugas kodrati tadi.[iii]

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844
Tidak begitu banyak perempuan di Indonesia yang memutuskan untuk menggeluti profesi perupa sebagai pilihan hidupnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh anggapan masyarakat yang memandang bahwa perempuan berprofesi perupa kurang populer bila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya, seperti pembantu rumah tangga di luar negeri (Tenaga Kerja Wanita/TKW), sekretaris, manajer perusahaan, aktris sinetron, atau yang populer melalui rekayasa media televisi: menjadi bintang penyanyi “Akademi Fantasi Indosiar (AFI)” atau “Indonesian Idol”. Penyebab lainnya bisa juga karena adanya kepercayaan di masyarakat mengenai bakat seni rupa yang dianggap sebagai prasyarat mutlak bagi seseorang (perempuan maupun laki-laki) untuk menggeluti profesi perupa. 

Seperti halnya laki-laki, perempuan juga mempunyai minat dan bakat sebagai modal awal untuk menggeluti profesi seni rupa. Namun, menurut pematung Dolorosa Sinaga, minat dan bakat pada diri perempuan ini sering luntur ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan dalam profesi seni rupa akibat dari wawasan berkesenian yang tampak belum kuat. Boleh jadi penyebab lainnya adalah karena masih berlangsungnya pandangan stereotipe di sebagian besar masyarakat mengenai tugas-tugas perempuan yang diidentikkan dengan mengasuh anak, melayani kebutuhan suami, mengurus kebersihan rumah tangga, dan berbagai macam pekerjaan domestik lainnya yang dianggap sudah terberi sebagai tugas kodrati perempuan. Jika ada perempuan yang mencoba menggeluti pekerjaan lain di luar wilayah domestik, masyarakat lebih menilainya sebagai kegiatan ekstra dari tugas-tugas kodrati tadi. 

Tidak begitu banyak perempuan di Indonesia yang memutuskan untuk menggeluti profesi perupa sebagai pilihan hidupnya. Hal ini bisa saja disebabkan oleh anggapan masyarakat yang memandang bahwa perempuan berprofesi perupa kurang populer bila dibandingkan dengan profesi-profesi lainnya, seperti pembantu rumah tangga di luar negeri (Tenaga Kerja Wanita/TKW), sekretaris, manajer perusahaan, aktris sinetron, atau yang populer melalui rekayasa media televisi: menjadi bintang penyanyi “Akademi Fantasi Indosiar (AFI)” atau “Indonesian Idol”. Penyebab lainnya bisa juga karena adanya kepercayaan di masyarakat mengenai bakat seni rupa yang dianggap sebagai prasyarat mutlak bagi seseorang (perempuan maupun laki-laki) untuk menggeluti profesi perupa. Seperti halnya laki-laki, perempuan juga mempunyai minat dan bakat sebagai modal awal untuk menggeluti profesi seni rupa. Namun, menurut pematung Dolorosa Sinaga, minat dan bakat pada diri perempuan ini sering luntur ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan dalam profesi seni rupa akibat dari wawasan berkesenian yang tampak belum kuat.[i] Boleh jadi penyebab lainnya adalah karena masih berlangsungnya pandangan stereotipe di sebagian besar masyarakat mengenai tugas-tugas perempuan yang diidentikkan dengan mengasuh anak, melayani kebutuhan suami, mengurus kebersihan rumah tangga, dan berbagai macam pekerjaan domestik lainnya yang dianggap sudah terberi sebagai tugas kodrati[ii] perempuan. Jika ada perempuan yang mencoba menggeluti pekerjaan lain di luar wilayah domestik, masyarakat lebih menilainya sebagai kegiatan ekstra dari tugas-tugas kodrati tadi.[iii]

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844
Seni lukis adalah salah satu cabang dariseni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas kertas papan, dan bahkan fotografi bisa dianggap sebagai media seni lukis. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan tertentu kepada media yang digunakan.


Lukisan merupakan sebuah karya seni lukis yang dibuat dengan cara memulaskan cat menggunakan alat kuas lukis, pisau palet atau peralatan lain, pemulasan cat dengan berbagai warna dan nuansa gradasi warna, dengan kedalaman warna yang tertentu dan juga komposisi warna tertentu dari bahan warna pigmen warna dalam pelarut dan gen pengikat untuk pengencer air. Gen pengikat dapat berupa minyak linen untuk cat minyak dengan pengencer terpenthin pada permukaan datar seperti kertas, kanvas atau dinding. Hal ini dilakukan oleh seorang seniman pelukis dengan kedalaman warna dan dibarengi oleh cita rasa pelukis, definisi ini dapat digunakan terutama jika ia merupakan pencipta dari suatu karya seni lukis.
Seni lukis merupakan salah satu contoh seni rupa murni yang mengutamakan nilai estetika daripada nilai guna. Pada umumnya, sebuah karya seni lukis merupakan suatu gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang menimbulkan decak kagum sehingga tidak jarang para kolektor sanggup mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki lukisan yang mencuri perhatiannya. Oleh karena itu, meskipun tidak memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi

Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Seni lukis merupakan salah satu contoh seni rupa murni yang mengutamakan nilai estetika daripada nilai guna. Pada umumnya, sebuah karya seni lukis merupakan suatu gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang menimbulkan decak kagum sehingga tidak jarang para kolektor sanggup mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki lukisan yang mencuri perhatiannya. Oleh karena itu, meskipun tidak memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com
Seni lukis merupakan salah satu contoh seni rupa murni yang mengutamakan nilai estetika daripada nilai guna. Pada umumnya, sebuah karya seni lukis merupakan suatu gambaran atau ungkapan ekspresi dari seorang pelukis. Kebanyakan pelukis biasanya akan menemukan kepuasan tersendiri dengan karya yang ia hasilkan. Para seniman dapat secara bebas mengekspresikan diri dalam lukisan sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Bagi penikmat lukisan, sebuah karya lukisan adalah keindahan yang menimbulkan decak kagum sehingga tidak jarang para kolektor sanggup mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit hanya untuk memiliki lukisan yang mencuri perhatiannya. Oleh karena itu, meskipun tidak memperhatikan nilai guna, karya seni lukis merupakan salah satu karya seni yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Sumber: http://bahanbelajarsekolah.blogspot.co.id/2015/01/jenis-aliran-atau-gaya-melukis.html
Content is Courtesy of bahanbelajarsekolah.blogspot.com

Melukis ternyata tak melulu harus dilakukan di kanvas, di kertas, dan media-media lain yang sudahumum digunakan. Hal tersebut sudah dibuktikan oleh seniman wanita yang berasal dari California. Seniman asal California itu sukses memukau publik dengan karya lukis yang "berkanvaskan" kaca. 



Loren Stump bisa dikatakan sebagai ahli murrine, seni lukisan kaca Italia kuno. Murrine merupakan istilah untuk lukisan dalam batang kaca panjang. Lukisan tersebut baru bisa dilihat jika batang kaca tersebut dipotong-potong. Sekilas, karya Loren itu mirip seperti permen roll yang sedang beken saat ini.
Langkah pertama yang dibutuhkan untuk karya ini adalah membuat gambar 2 dimensi. Lalu dihiasi dengan lapisan kaca berbagai warna, kemudian dipanaskan dan ditarik hingga menjadi sebuah tongkat.

Saat didinginkan, batang kaca ini bisa dipotong sesuai ketebalan yang diinginkan. Ketika dipotong itulah, kita bisa melihat hasil karya Loren yang memiliki detail sangat cantik.

Tak heran jika Loren disebut sebagai ahli. Rupanya, ia sudah mulai bereksperimen dengan murrine sejak berusia 14 tahun. Berawal dari hobi, saat ini Loren sudah mengembangkan murrine dengan berbagai jenis, seperti patung kaca, aksesoris, liontin dan lain sebagainya

Sumber: 
http://wardanashop.com/index.php?route=pavblog/blog&id=18
http://www.kompasiana.com/iiculyogya/melihat-perempuan-dalam-seni-rupa_54fffa03a33311bf6e50f844

Tidak ada komentar:

Posting Komentar